Pertanyaan mendasar: apa peranan desain bagi manusia? Desain
memberikan nilai tambah untuk hidupnya. Seperti apa nilai tambah itu?
Sebuah bangku, asal sudah bisa diduduki selesailah masalahnya. Tetapi
orang memberi makna pada "duduk" , hingga berkembanglah bentuk kursi
sesuai dengan makna yang disandangnya. Demikianlah secara sederhana
bagaimana desain berperan dalam kehidupan kita. Ruang tamu, kamar tidur,
pakaian, walkman, surat undangan merupakan contoh terdekat bagaimana
kita membangun makna melalui desain.
Makna sangat erat hubungannya
dengan budaya: aspirasi, norma, adat kebiasaan masyarakat tertentu.
Desain melengkapi kehidupan sesuai dengan maknayang dibangun budaya
masyarakatnya. Minibus menjadi pilihan utama di Indonesia karena adat
kekeluargaan bangsa kita. Kafe gaul muncul tak semata karena krismon,
tetapi lebih merupakan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat kota besar
untuk JJS, ngrumpi dan aktualisasi diri.
Ada dua hal yang bisa
dicermati. Budaya bukan sebuah pola tunggal yang berlaku untuk segala
situasi. Tiap kelompok masyarakat membentuk budayanya sendiri sesuai
dengan sifat kelompok tersebut. Budaya pun merupakan sesuatuyang tumbuh
dan berkembang sesuai dengan tantangan masa. Nilainya bisa berubah dalam
perjalanan waktu. Dalam kerangka inilah desain ditantang untuk menjawab
perkembangan masyarakat.
Pendidikan desain di Indonesia relatif
masih muda, dan masih terus dicari format yang paling memadai menghadapi
perkembangan kebutuhan masyarakat. Pencarian ini tak akan pernah
selesai karena perkembangan juga tak pernah berhenti.Kita berusaha
menemukan modus yang dapat selalu mengantisipasi tantangan tersebut.
Di
sisi lain, dalam lima tahun belakangan kita berusaha memacu sumber daya
manusia kita agar mampu bersaing dengan tenaga asing. Ini sehubungan
dengan akan diber-lakukannya pasar bebas, di mana dinding pembatas antar
negara akan dibuka penuh untuk saling mengisi pasar.Kita patut khawatir
karena kemampuan sumber daya kita dan tatanannya masih kacau, khususnya
dalam bidang desain. Selama tigapuluh tahun kita terbiasa mengimpor,
membeli dan menjiplak, hingga kita tak terbiasa mencipta atas dasar
kebutuhan dan aspirasi khusus kita.
Tiga tahun yang lalu baru
mulai dicoba menata pendidikan desain dari tingkat sekolah menengah
kejuruan hingga sarjana. Perencanaan itu dibutuhkan agar pendidikan tak
tumpang tindih dan berbentuk kerucut terbalik. Sementara ini tak ada
standard kemampuanyang cukup jelas memilah masing-masing jenjang
pendidikan, di samping langkanya program pendidikan ketrampilan
dibanding pendidikan tinggi. Akibatnya, lapangan kerja diisi oleh siapa
saja tanpa memandang pendidikan. Lulusan perguruan tinggi pun tak jarang
mengisi lowongan apa saja, dari wawasan kreatif sampai ketrampilan
tangan.
Bila rencana pendidikan terpadu berjalan lancar, seluruh
jenjang kemampuan dapat terisi baik dan saling mendukung. Sayang musibah
menimpa, krisis moneteryang diperberat dengan krisis politik. Kegiatan
ekonomi nyaris berhenti, peluang berusaha sangat menyempit, dan tentu
saja lahan kegiatan mendesain terkena dampaknya… Dalam situasi seperti
ini apayang bisa dilakukan dalam pendidikan tinggi desain?
Krisis
bukanlah sesuatu yang berlaku selamanya, badai pasti berlalu. Musibah
ini adalah saat yang baik (meski agak terlambat) untuk mengkaji kembali
apa yang kita perlu siapkan menghadapi masa yang akan datang. Dan
pertanyaannya adalah, lulusan pendesain seperti apa yang mampu
menghadapi tantangan masa depan? Harapannya adalah insan yang mampu
membaca situasi dan memecahkan masalah di masyarakat, khususnya masalah
desain.
Selama ini kebanyakan pendidikan desain memberi tekanan
kepada kemampuan teknologi baru sebagai senjata menghadapi alih
teknologi. Tak salah mengejar kemajuan dengan mencangkok puncak
teknologi di luar. Menjadi-kannya itu satu-satunya jalan membuatkita
terpuruk seperti saat ini. Bahan dan teknik merupakan medium seorang
pendesain dalam berkarya. Keluasan wawasan mengenai hal ini memberinya
kelincahan dalam mengatasi masalah. Kadangkita temui kasus yang cukup
diatasi teknologi sederhana dengan bahan seadanya…
Kalau kita
sepakat bahwa desain sangat lekat dengan budaya, maka pendesain
seyogyanya adalah insan budaya. Karyanya tak hanya memecahkan masalah
praktis, tetapi juga mencerminkan ungkapan budaya lingkungannya (15).
Maka wawasan sosial budaya menjadi sangat penting dalam membekali
pendesain untuk berkiprah di masyarakat. Tanpa wawasan karyanya hanyalah
kosmetik tanpa pendalaman masalahyang dihadapi. Wawasan berbagai hal di
atas adalah pijakan obyektif yang perlu dipahami seorang pendesain.
Tahap
berikutnya adalah, secara kreatif mengungkapkannya dalam karya. Inilah
yang paling nisbi, dan justru bagian utama dalam mendesain. Nilai desain
ditentukan dari kreatifitas memecahkan masalah. Kreatif dapat diartikan
sebagai: memilih jalan ke lima dari empat kemungkinan. Ada jugayang
menyatakan, kreatif adalah pelanggaran yang dapat pujian. Retorika ini
menggambarkan kenisbian masalah kreatif.
Orang berpendapat bahwa
kreatifitas itu bakat yang tak bisa diajarkan. Sebaiknya kita lebih
percaya pada pendapat bahwa, wujud karya dibangun dari 10% daya kreasi
dan 90% kerja keras. Sudah banyak teori dan metoda olah kreatif. Tapi
secara umum kondisi kreatif tercipta dalam pikiran bebas tanpa pola.
Olah kreatif adalah usaha mencoba lebih banyak, tak cepat puas untuk
mencari kemungkinan baru dalam memecahkan masalah (19). Karena
sifatnyayang simulatif, pendidikan merupakan lahan yang ideal untuk
melatih kreatifitas.
Kebiasaan mengimpor, membeli dan menjiplak,
dan melupakan observasi yang merupakan proses penting dalam desain,
melemahkan daya kreasi kita. Sistem pendidikan sekolah yang menekankan
pada dikte, hanya mengikuti kemauan guru tanpa usaha mencari jawaban
sendiri, telah mengerdilkan inisiatif. Menyadari kelemahan ini merupakan
peringatan untuk bebenah diri menghadapimasa depan. Semoga Era
Reformasi bisa menjadi awal dari jiwa bebas yang menuntut tanggung jawab
pribadi lebih besar.
Keragaman duaratus juta penduduk Indonesia
merupakan tantangan menarik bagi pendesain. Kitalah yang seharusnya
paling kenal masyarakat ini, paling mengerti masalah yang dihadapi, dan
paling memungkinkan untuk memberi solusi yang jitu. Kalau kita bisa
menjawab tantangan ini, tak mustahil kita mempunyai cukup bekal untuk
melakukannya pada bagian bumi yang lain. Begitulah mungkin hakekat
globalisasi
0 komentar:
Posting Komentar